Historiografi berasal dari bahasa latin history,
historia, yang berarti sejarah, bukti, bijaksana dan graaf. Sedangkan
pengertian harafiah dari historiografi adalah tulisan tentang sejarah. Namun,
sebagai sebuah ilmu, historiografi merupakan bagian dari ilmu sejarah yang
mempelajari hasil-hasil dari tulisan atau karya sejarah dari generasi ke
generasi, dari jaman ke jaman. Bahkan ada yang mengatakan bahwa historiografi
adalah sejarah dari sejarah. Dengan ilmu historiografi akan dibahas
hasil-hasil dari penulisan sejarah, dari sejak manusia menghasilkan suatu karya
sejarah bagaimanapun sederhana bentuknya, seperti cerita rakyat, legenda, mitos
dan sebagainya sampai pada karya sejarah modern.[1]
Historiografi sebagai sebuah kajian dalam ilmu
sejarah merupakan salah satu metode yang digunakan oleh para sejarawan dalam
merealisasikan data dan fakta sejarah yang ada menjadi sebuah produk sejarah
yang sempurna. Dalam memformulasikan sebuah peristiwa sejarah, seorang
sejarawan akan menggunakan beberapa ilmu bantu yang ia gunakan sebagai
katalisator dalam rekonstruksi peristiwa sejarah.
Historiografi atau sejarah penulisan peristiwa
sejarah berkaitan erat dengan aspek geo-histori dan geo-politik
dari sang penulis sejarah. Dalam kesempatan kali ini, penulis akan membahas
mengenai Perkembangan Historiografi Barat dengan sub-kajian mencakup:
kemunculan sejarah sebagai ilmu dan penulisannya, periodisasi penulisan sejarah
Barat, kosmologi dan weltanchaung (world view) historiografi Barat
hingga tokoh sejarawan klasik dan karya sejarahnya.
Dalam menyusun tulisan ini, penulis merujuk
sumber fakta dari berbagai literature yang compatible dengan
kajian ini. Namun, dikarenakan keterbatasan objek kajian dan daya internal
penulis, maka, penulis merasa perlu untuk memperdalam pembahasan ini pada waktu
yang lain. Insya Allah.
Sejarah Lahir dan Berkembangnya
Historiografi Barat Dalam Dinamika Filsafat Sejarah
1.1
Munculnya Ilmu Sejarah
Dalam beberapa kesempatan di forum diskusi kelas,
penulis sering mendapatkan informasi mengenai konsep sejarah sebagai suatu ilmu
atau kajian tentang masa lalu. Sejarah sebagai ilmu adalah ketika nilai (value)
yang terkandung dalam peristiwa sejarah itu bisa dipertanggungjawabkan secara
ilmiah berdasarkan fakta primer yang ada.
Keaslian sumber sejarah dalam realitas keilmuwan,
bersifat urgent atau penting. Hal ini menyangkut tentang produk sejarah itu
sendiri, yakni tulisan. Historiografi sebagai kajian penulisan sejarah memegang
peran penting dalam kualitas produk sejarah ini.
Berdasarkan babak atau periodisasinya, terdapat
historiografi Barat. Jenis ini dalam konsep sejarah sebagai ilmu ditentukan
oleh latar atau background sang sejarawan. Barat dalam entitas geo-politik
mencakup wilayah eropa dan sekitarnya.
1.2
Penulisan Sejarah (Historiografi)
Sejarah merupakan bagian internal yang tak bisa
dilepaskan dari segala aspek kehidupan manusia. Internalisasi kesadaran akan
sejarah mendorong umat manusia untuk melakukan proses pendefinisian sejarahnya
masing-masing. Dalam kajian ilmu pengetahuan, sejarah adalah bagian dari ilmu
kemanusiaan. Pengkajian ilmu sejarah akan menghantarkan kita pada aspek dimana
tuntutan produk sejarah, yakni informasi dan berita bisa dihasilkan dengan
penuh tanggungjawab. Proses produksi sejarah inilah yang selanjutnya kita kenal
dengan istilah HISTORIOGRAFI.
Dalam Poespoprodjo (1987 : 1) disebutkan bahwa
historiografi adalah titik puncak dari seluruh kegiatan penelitian sejarah yang
dilakukan oleh seorang atau lebih sejarawan. Dalam metodologi sejarah,
historiografi merupakan bagian terakhirnya, bagian pamungkasnya, atau bagian
penentu dari bagus tidaknya suatu nilai dari peristiwa sejarah masa lampau.
Munculnya ide menuliskan sejarah sebenarnya sudah ada sejak zaman dimana
manusia belum memasuki babak atau periode sejarah itu sendiri. Kita bisa
melihat, Julius Caesar (100-44 SM), seorang penguasa kerajaan Romawi, pernah
menyuruh kepada bawahannya untuk menuliskan semua hasil sidang senat
pemerintahan kedalam sebuah papan pengumuman (Acta Diurna).
1.3
Perkembangan Historiografi Barat
Dalam sebuah tatanan keilmuwan, semua aspek yang
dikaji secara ilmiah akan memiliki suatu model perkembangan kea rah yang lebih up
to date. Perkembangan ilmu sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan
zaman. Karunia akal yang dimiliki oleh umat manusia telah memberikan sebuah
konsep terbaik untuk mendinamiskan kehidupan dunia.
Historiografi sebagai salah satu aspek kajian
dalam ilmu sejarah (humaniora) telah mengalami beberapa perkembangan struktur
dan konsep. Secara geo-histori, Historiografi Barat mengalami periodisasi
perkembangannya sendiri, yakni:
a)
Historiografi Yunani Kuno;
b) Historiografi
Romawi;
c)
Historiografi Abad Pertengahan;
d)
Historiografi Zaman Renaissance; serta; dan
e)
Historiografi Modern.
Kelima periode diatas adalah bagian dari
perjalanan sejarah penulisan sejarah bangsa barat. Namun, penulis hanya akan
menyoroti kajian mengenai dua poin teratas, yakni historiografi Yunani dan
historiografi Romawi.
Historiografi Yunani
Periode Yunani dalam aspek historiografi berawal
dari tatanan pemerintahan yang ada pada saat itu. Para sejarawan Yunani pada
umumnya berasal dari lingkungan orang berada atau yang secara material berasal
dari kalangan masyarakat yang posisi ekonominya baik. Mereka nampaknya telah
menjalani masa kehidupan sebagai pengarang, atau bahkan sebagai ilmuwan. Akan
tetapi kebanyakan dari mereka adalah para politikus, pegawai negeri,
militer, dokter (tabib) atau guru, dan pada waktu yang sama atau
sesudahnya juga masih tetap menjalankan pekerjaan penulisan sejarah.
Dalam ruang lingkup zaman Yunani, penulisan
sejarah hanya sebatas pada cerita mitos dan legenda belaka. Unsur objektivitas
dalam sejarah sebagai sebuah peristiwa yang benar-benar nyata terjadi belum
mengalami internalisasi. Orientasi mythe lebih dominan ketimbang
logika realitas.
Dalam mengkisahkan sejarah masa lampau yang jauh
ke belakang, para sejarawan Yunani pada umumnya mendasarkan pada cerita
rakyat dan kisah-kisah yang disampaikan secara turun menurun atau atas
karya para penulis terdahulu, yang sesungguhnya juga berasal dari para
penulis-penulis yang mendahuluinya.[2]
Namun demikian sejauh bisa diketahui, tradisi penulisan sejarah yang paling
awal pada jaman Yunani kuno adalah apa yang disebut dengan istilah tradisi
Homerus[3],
kemudian disusul dengan munculnya para Logograaf[4]
, dan yang terakhir zaman keemasan historiografi Yunani kuno.
Historiografi Romawi
Periode historiografi Romawi tidaklah jauh
berbeda dengan periode Yunani. Para sejarawan memiliki orientasi terhadap kesusastraan.
Lebih banyak yang menceritakan sejarahnya hanya sebatas pengalaman, perasaan,
mitos, legenda, ketimbang peristiwa sejarah sesungguhnya yang lebih besar.
Mungkin karena pada dua zaman ini para sejarawan adalah sebagai pegawai
pemerintahan, guru, pedagang, dlsb. Oleh karena itu, mereka menceritakan
sejarah (historiografi lisan) hanya sebatas ruang lingkup retoris.
Ada kebisaaan para penulis sejarah zaman Romawi,
bahwa publikasi sejarah harus didahului atau diawali dengan pembacaan naskah
secara terbuka untuk umum. Demikian juga terjadi pada zaman Herodotus, dan
masih tetap terjadi 8 abad kemudian pada sejarawan Ammianus Maecellinus.
Historiografi pada zaman Romawi adalah sejalan
dengan kerajaan Romawi itu sendiri. Oleh karena itu, histoiografi Romawi lebih
banyak menghasilkan karya-karya sejarah yang bersifat Rome-Oriented.
Berbeda dengan generasi pertama para sejarawan
Yunani, yang tertarik pada hal yang bersifat cosmopolitan atau kekota-kotaan,
sejarawan Romawi bisaanya hanya mengenal 1 kajian, yaitu Roma. Namun harus
diingat, jika dibandingkan dengan Yunani yang secara politik terbagi menjadi
wilayah-wilayah (polis) yang kecil, Romawi sejak perang Punisia telah
berkembang meluas dan relatif mendunia. Dalam ikhtisar dari sejarah Romawi yang
berawal dari “absolute” yaitu dengan pendirian kota Roma, tetapi juga dengan
perhatian yang besar untuk masa Romawi yang terbaru, bisa ditemukan
bentuk-bentuk annalistic yang luas, sedangkan bentuk kronik relatif
jarang ditemukan. Ikhtisar itu bisaanya berakhir pada jamannya sendiri (si
penulis). Sejarah umum yang universal yang tidak hanya dalam kerangka sejarah
Romawi hanya bisa ditemukan pada karya Trogus. Untuk masa-masa yang
terbaru Romawi, banyak ditemukan studi monografi, misalnya memoires
(tulisan peringatan) dan historien (cerita yang lebih detail mengenai
kejadian-kejadian masa kini) atau kadang disebut dengan istilah annalen.
1.4
Tokoh Sejarawan Klasik
Herodotus
Herodotus berasal dari Yunani, dan dilahirkan
sekitar tahun 485 SM di Halicarnassus, yang ketika itu termasuk wilayah
kerajaan Persia, akan tetapi mempunyai penguasanya sendiri. Ketika berumur 16
tahun, Herodotus telah ambil bagian dalam pemberontakan melawan penguasa yang
dzalim, akibatnya ia dibuang (asingkan). Sesudah itu ia tinggal beberapa saat
di Athena, dimana ia berhubungan dengan Pericles dan Sophocles. Dengan demikian
Herodotus hidup pada jaman keemasan kebudayaan Yunani khsusunya Athena,
yaitu jaman Pentekontaetie atau 50 tahun (479 SM – 431 SM), yaitu suatu periode
atau masa damai antara perang-perang Persia dan Perang Peloposesia. Masa
itu adalah masa puncak perkembangan Yunani, yang akhirnya juga dikenal
sebagai kebudayaan klasik, dan berkembang ke seluruh Eropa, Amerika dan dunia
setelah melalui jaman renaissance. Dengan demikian dalam usaha mempelajari
sejarah kebudayaan Barat seperti kesusasteraan, hukum, filsafat, tata negara,
politik, ekonomi, sosial dan sebagainya semuanya bisa dikembalikan atau dilacak
dari kebudayaan Yunani dan Romawi. Hal yang sama juga berlaku pula untuk
historiografi.
Pada tahun 444 SM Herodotus terlibat dalam
pendirian koloni Thurii di Itali Selatan, dimana ia tinggal beberapa
tahun sebagai tanah airnya kedua. Sesudah itu nampaknya ia kembali ke Athena
dan meninggal kira-kira pada tahun 424 SM. Herodotus banyak melakukan
perjalanan petualangan antara lain di sepanjang pantai Asia Kecil, tanah
Yunani, Laut Hitam, Babylonia, Lembah Nil, Sicilia dan Italia Selatan. Dalam
perjalanan ini ia banyak mengumpukan berbagai catatan atas negeri-negeri yang
dikunjungi, yang barangkali sebagian dikumpulkan dalam catatan dan sebagian
hanya dalam ingatan. Semua catatanya itu merupakan bahan sumber
bagi karyanya yang besar yaitu historiai. Berbeda dengan para
pendahulu dan teman-teman sejamannya, yaitu yang terkenal dengan sebutan para
logograf, yang banyak menulis cerita-cerita mitos dan kepahlawanan, Herodotus
lebih tertarik pada sejarah manusia. Namun demikian ia tidak menulis sejarah
dari jamannya (masa Pantekontaetie 479 – 431 SM), akan tetapi periode tidak
lama sebelum perang-perang Persia – Yunani yang telah berakhir ketika ia masih
dalam usia anak-anak.
Dalam kalimat pertama Historiae ia menuliskan
tema dan rencana dari karyanya yaitu sebagai berikut:
”agar segala tindakan yang dilakukan manusia
tidak terlupakan oleh waktu yang terus berjalan, dan perbuatan-perbuatan
penting dan menakjupkan yang dilakukan oleh orang-orang Yunani di satu
pihak, dan oleh orang-orang bar-bar di pihak lain tidak
tersembunyikan/terlupakan, disamping itu untuk menjelaskan mengapa mereka
saling bertempur”.
Pernyataan itu ditujukan pada peristiwa sekitar
abad 6 SM, yaitu ketika terjadi konflik/ perang antara raja Lydia di Yunani
yang bernama Croesus dengan raja Persia Cyrus Agung. Perang itu digambarkan
sebagai perang antara Timur (Persia) dengan Barat yaitu Yunani (Eropa).
Namun demikian perang yang sesungguhnya antara
Persia dengan Yunani baru banyak diuraikan dalam 4 buku terakhir dari 9
bukunya, yang dimulai dari ekspedisi besar Persia melawan orang-orang
Yunani dibawah Darius dan Xerxes, dan yang berakhir dengan
kemenangan-kemenangan Yunani di Plataeae dan Mycale pada tahun 479 SM. Oleh
para sejarawan Barat karya Herodotus itu juga diberi judul sebagai Perang
Persia (Persian War). Dalam 5 buku yang pertama pada garis besarnya berisi
uraian mengenai perang melawan Yunani yang berakhir dengan kematian raja Persia
Cyrus Agung tahun 529 SM (buku pertama). Ia digantikan oleh puteranya Cambyses,
yang melakukan ekspedisi perang melawan Mesir (buku ke 2). Buku yang ketiga melukiskan
mengenai sejarah dan kebudayaan/ tradisi Mesir. Ekspasi Persia dibawah Cambyses
dan penggantinya yaitu Darius Agung ke Skytika (Scythen). Sedangkan dalam
bukunya kelima berisi uraian munculnya polis Peris di Balkan, yang diteruskan
dengan sejarah Sparta dan Athena.
Dalam historiografi Barat, Herodotus diakui
sebagai Bapak Sejarah atau Historiografi karena hasil karyanya terkenal itu
yaitu Historiae yang mengkisahkan mengenai Perang Parsi (Persian
War). Dibandingkan dengan karya-karya sebelumnya oleh para
logograaf yang bisaanya berupa mitos, epos atau dongeng-dongeng yang bisaanya
masih dihubungkan dengan dongeng-dongeng, maka apa yang dilakukan Herodotus
dalam karyanya bisa dianggap sebagai awal atau perintisan penulisan sejarah
ilmiah. Hal itu terutama dapat diketahui dari cara atau tehnik dalam
mengumpulkan sumber-sumbar bahan penulisannya yang diperoleh melalui wawancara
(interview) terhadap orang yang mengalami atau terlibat dalam perang
Persia. Dengan demikian ia berdasarkan wawancara itu ia telah berusaha
untuk memperoleh pengertian atau pemahaman-pemahaman dari suatu peristiwa
berdasarkan fakta-fakta. Itulah ciri utama karya Herodotus dalam lapangan
historiografi, yaitu telah menerapkan metode pengumpulan data melalui wawancara
(walaupun demikian ada yang menyatakan bawa ia sesungguhnya belum terlepas
sepenuhnya dari tradisi penulisan sebelumnya yang lebih menonjolkan kisah
kepahlawanan (dalam perang Parsi). Oleh karena itulah sampai pada jamannya
Herodotus orang masih sulit untuk memisahkan antara jenis karya sastra dan
karya sejarah. Yang dimaksud disini adalah bahwa suatu karya sejarah
masih bisaa ditulis dalam bentuk ceritera yang sangat menarik seperti halnya
karya sastra, juga masih ada cirri logograafnya, akan tetapi karya seperti itu
isinya banyak mengenai sejarah. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa Herodotus
merupakan tokoh transisi dalam lapangan sejarah, karena isi karangannya masih
bercampur dengan epos dan bentuk karangannya masih mempunyai ciri
logografi juga merupakan karya sejarah yang membicarakan sejarah manusia.
Karya Herodotus itu juga mempunyai ciri yang
komprehensif atau sejarah kebudayaan (antropologi kebudayaan), karena dalam
buku tersebut ia juga menguraikan mengenai kehidupan masyarakat Yunani, Mesir,
Persi dan lain-lain seperti dalam bidang perdagangan, pertukangan, pertanian,
tradisi, adat kebisaaan dan lain sebagainya, yang meliputi berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah ia tidak hanya dianggap sebagai Bapak
Sejarah, akan tetapi juga sebagai Bapak Antropologi (kebudayaan).
Karya Herodotus mengenai Perang Parsi juga
dianggap sebagai hasil studi Etnografis, karena di dalamnya juga diuraikan
mengenai golongan dari etnis-etnis lain yang tinggal di sekitar Yunani. Oleh
karena perhatiannya pada etnografi dan antropologi, karya Herodutus
juga diberi istilah sebagai “Nouvele historie.”
Polybius (208 SM – 126 SM)
Polybius hidup pada masa kemegahan dan sekaligus
awal kemerosotan Athena dan Sparta, akan tetapi sekaligus merupakan masa awal
berdiri atau berkembangnya kekaisaran Romawi. Sebelum menulis karya sejarah historiai,
ia juga pernah berkarir sebagai politikus dan prajurit militer. Ia
dilahirkan di Megalopolis, yaitu wilayah Yunani di Arcadia. Ia berasal dari
keluarga terpandang.
Pada tahun 167 SM, oleh karena keluarganya
dianggap terlibat dalam gerakan anti Romawi, bersama ribuan tahanan lainya
sebagai sandra, ia dibawa ke Itali. Akan tetapi di Roma ia diperlakukan
secara khusus, dan bahkan akhirnya boleh tinggal di Roma. Selama itu ia bergaul
dengan orang-orang kelas atas, antara lain dengan Cato dan berteman dengan
Scipio Aemilianus, pengagum kebudayaan Yunani. Dalam masa tahanannya yang ke 17
tahun, sesungguhnya Polybius telah memulai suatu rencana penulisan
sejarah, yang dimulai dari sejak kemunculan dan ekspansi Romawi dari awal
Perang Punisia ke II sampai ketika ia dibawa ke Italia.
Untuk masa setengah abad sebelumnya ia
mengumpulkan sumber-sumber dengan mewawancarai saksi-saksi setempat, dan dengan
penelitian bahan-bahan arsip. Disamping itu, ia juga sudah mulai menggunakan
teks-teks resmi. Setelah mendapatkan ijin untuk bisa pulang lagi ke negerinya,
Polybius bertempat tinggal bersama Scipio Aemilianus (148-146), dan ikut
dalam pengepungan dan penghancuran Cartago. Tidak lama sesudah itu ia
juga mengikuti pengepungan dan akhirnya kejatuhan Korinthe (146 SM). Dengan
demikain ia adalah saksi dari kedua peristiwa ini. Dalam tahun-tahun yang sama
(sampai 140 SM) Polybius juga mengadakan perjalanan penting, yaitu: sepanjang pantai
Atlantik yaitu dari Maroko ke Portugal dan kemudian ke Mesir melalui negerinya.
Pada waktu itulah ia mencurahkan perhatianya untuk menulis historiai.
Karya Polybius yang sangat terkenal adalah
berupa 40 buku yang berisi sejarah ekspansi Romawi, yang didalamnya digambarkan
bagaimana kekaisaran Romawi berhasil menguasai seluruh wilayah Eropa
Barat. Menurut Polybius bahwa dasar dari kekuatan Romawi adalah militer, yang
terutama didukung oleh armada lautnya yang besar, organisasinya yang teratur
serta tehnologi persenjataan yang maju menurut ukuran waktu itu, sehingga bisa
menjangkau dan menundukkan bangsa-bangsa di Asia Kecil.
Disamping perang-perang, karya Polybius juga
berisi mengenai politik, penaklukan-penaklukan dan kekuasaan. Analisisnya yang
mendalam mengenai perkembangan sejarah Romawi dari teorinya mengenai politik
kekaisaran Romawi. Menurut Polybius pada awalnya pemerintahan kekaisaran Romawi
itu berbentuk monarkhi, yaitu dimana kekuasaan negara berada
sepenuhnya di tangan raja. Akan tetapi oleh karena berkembangnya
perdagangan dalam masyarakat Romawi, maka system politiknyapun berubah
menjadi aristokrasi, yang dalam hal ini kekuasaan politik berada di tangan
orang-orang terkemuka yang duduk dalam pemerintahan. Yang ketiga adalah demokrasi,
dimana pemimpin kerajaan dipilih oleh senatus, yaitu orang-ortang tua
tertentu yang memiliki pengaruh dalam masyarakat pemegang kekuasaan. Namun
dalam perkembangannya pemimpin yang terpilih itu bisaanya menumpas (mengkudeta)
kekuasaan yang dipercayakan kepadanya sehingga pemerintahanh kembali berbentuk
monarkhi. Dengan demikian dalam sejarah Romawi terjadilah siklis dalam
system kekuasaan.
Orosius (380 M – 420 M)
Dia dilahirkan sekitar tahun 380 M, wilayah
Imperium Romawi tepatnya di Propinsi Iberia. Ia mendapatkan pendidikan yang
keras dalam kebudaryaan klasik dan kristen.. Sekitar tahun 414 SM ia mengungsi
ke Afrika Utara ketika ada penyerbuan bangsa Bar-Bar dan disambut oleh
Augustine, Menurut Augustine , Orosius ini orang yang sangat mengerti, sigap dalam
berbicara dan semangatnya menyala-nyala. Orosius menulis buku yang berjudul The
Seven Books Of Histori Against the Pagan. Buku ini merupakan dasar
reputasi abadi Orosius dan pelengkap karya Augustine, The City Of God.
Sebenarnya buku ini merupakan jawaban atas kejahatan yang disebut Pagan
(penyembah berhala).
Dalam menulis buku-bukunya, Orosius menggunakan
ilmu pengetahuan klasik, seperti mengambil dari karya Livy, Tacitus, dan Julius
Caesar. Selain itu juga, Orosius menggunakan karya dari pengarang kristen
Eusibius dan Augustine dan yang paling penting bahwasannya Oroseius
menggunamkan bible dalam pendukung Interpretasinya. Sama halnya Augustine,
Orosius juga merupakan sejarawan yang tidak kritis dilihat dari sumber-sumber
yang jadikan rujukan bagi penyusunan bukunya. Orosius dalam membuat karyanya
dengan pendekatan terhadap sejarah amat kurang, tetapi di dalam historiografi
ia dianggap sangat penting karena sumbangannya terhadap filsafat sejarah, yang
pastinya filsafat kristen dengan konsepsi klasik yang mengakar dalam dirinya
dalam teologi injil dan patristik. Karyanya The Seven Books dipandang sebagai
karya yang otoritatif tentang sejarah kuno. Kalau dibandingkan dengan karya
Augustine, karya dari Orosius lebih tepat tentang argumen untuk melawan kaum pagan.
Sebenarnya Orosius berangkat dari posisi Augustine dalam butur-butir karyanya.
Orosius alam pendangannya sangat dekat dengan Eusebius daripada Augustine
tentang kerajaan Tuhan.
Dalam hal ini Augustine sangat menyadari
perbedaan ini, dalam bukunya Augustine mengajukan keberatan terhadap pendapat
Orosius, malah sebaliknya sejarawan-sejarawan abad pertengahan tampaknya tidak
menyadari perbedaan pendapat antara Orosius dengan Augustine. Mereka menganggap
bahwa Orosius penganut faham Augustine. Filsafat sejarah Orosius merupakan
kombinasi gagasan Agustine, Orosius, dan Eusibius. Oresius.
Otto Of Freising (1113 M -1158 M )
Dia disebut sebagai filsuf sejarah pertama yang
dilahirkan dari keluarga bangsawan Jerman termuka. Ia cucu dari Kaisar IV dari
Jerman dan dia mendapat tugas gerejani. Dia be lajar dari Paris tahun 1133 ia
masuk ordo Cistarian dan masuk Biara Morimund di Perancis. Tahun 1145 ia pergi
ke Roma dan bergabung dengan pasukan perang salib ke-2, menyertai familinya
yaitu Kaisar Concard III. Warisan Otto dari dua karya yaitu The needs
of Emperor Frederick I (1156-1158) ditulis untuk
merayakan prestasi penguasa yang digjaya. Bukunya yang lain Chonicle atau
History of of two Cities (1143-1147). Karyanya itulah yang
memantapkan dia sebagai sejarawan.Dalam kedua karyanya itu mengemukakan jejak
arah sejarah sejak penciptaan sampai tahin 1146. Karyanya merupakan karya
filsafat sejarah pertama abad pertengahan yang penting Dalam karyanya History
of two cities ia menggunakan karya-karya Tacitus, Varro, Eusibius, Josephus,
dan sejarawan-sejarawan Pagan dan kristen lainnya. Prinsif filosofisnuya
berasal dari dua sumber” mengikutji pendapat termashur dari gereja, Augustine
ataupun Orosius. Ketika memlihat berbagai konflik dalam dunia khatolik yang
mnenyebabkan kekacauan dan perebutan Kaisar dan Paus. Otto melihat ini
merupakan suatu hal yang semestinya tnidak terjadi akarena akan menimbulkan
kemalangan dan kesengsaraan. Karena dalam ajaran kristen bahwa proses historis
adalah suatu penyusunan rencana Tuhan, Karena yakni dengan hal itu maka dia
selamat dari sikap pesimistis.
Tidak seluruhnya Cronicle berdasarkan prinsif
teologi filosofis dia juga dalam menggunakan karya sejarawan Klasik dan kristen
mengandalkan bukti-bukti dokumenter dengan menggunakan pertimbangan kritis
tentang makna peristiwa-peristiwa dan motif-motif manusia. Dan yang peling
menonjol bahwa ia menulis sejarah bermaksud untuk melawan tradisi abad
pertengahan. Dalam menulis sejarah ia cukup kritis artinya tidak begitu saja
mengambil cerita yang diberikanm tetapi dalam menggunakan pendekatan ia berat
sebelah.
Dalam menulis sejarah yang ia cari ialah
memberikan deskripsi yang jelas tentang sejarah yang terhampar sebagai
bukti-bukti yang dihiasi dengan filsafatnya. Dalam filsafatnya sejarahnya ia
menganut faham Augustine tetapi menganut faham Augustine ia dikenal dengan
sejarawan yang empiris yang mengakui adanya fakta tentang Jamannya. Dalam two
cities-nya ia berusaha untuk memenuhi anjuran kristus
Niccolo Machiavelli (1469 M – 1527 M)
Yang menjadi obsesinya adalah politik, ia tidak
bisa memikirkan yang lainnya kecuali politik. Selama 14 tahun (1498-1512) ia
mengabdikan diri pada Republik Florence, ia terlibat aktif dalam politik
praktis. Ia dilahirkan 13 Mei 1469 dari keluarga bangsawan di Florence. Ketika
dia berhenti di kegiatan yang bersifat politik karena di usir dan di buang.
Dalam pembuangannya ia menulis karyanya yang terkenal II Principe (The prince)
atau sang penguasa yang ditulis dalam bulan-bulan pertamamasa pembuangannya.
Dalam bukunya ia memperlihatkan sebagai pencinta
Republik Florence dan bukunya ini ditujukan kepada para penguasa yang ingin
mempertahankan kekuasaan dengan pola-pola yang sudah di praktekan ahli-ahli
strategi dan arsitek kekuasaan. Karyanya dipersembahkan kempada Guilino de’
Medici untuk menunjukan ke dalam pemahamannya atas pelaksanaannya politik
praktis. Karena terinspirasi dengan motif-motif maka ia membuat buku Art of war
maupun Discourses on Livy tentang risalat teori dan praktek militer klasik yang
rumit..Kalau kita bandingkan kedua karyanya The prince dan Discourses terdapat
perbedaan.
Dilihat dari isinya The Prince pendek dan tajam
sedangkan Discourses isinya panjang dan tidak bersambungan. Dia membandingkan
karya Livy tentang kebesaran Roma yang tahan lama dengan negeriinya yang
mengalami kemerosotan. Konstitusi Roma dijadikan pembanding. Dengan melihat
akhirnya kebijakan-kebijakan Machiavelli mulai dipertimbangkan oleh para
bangsawan, ia ditunjuk untnuk menulis sejarah Florence oleh Medici(Universitas
Florentine).
Sejarah yang ditulisnya merupakan karya pesanan
untuk mengagumkan dan mengagungkan serta mengabadikan Florence abad ke 15.
Dalam tulisan sejarahnya ia mengikuti model sejarawan Roma dan menggunakan gaya
sastra juga. Ia juga bisa dikatakan sebagai sejarawan yang Humanis artinya
mengikuti Dictum Cicero serta menggunakan sejarah untuk mengajarkan moral
dengan contoh-contoh praktis. Apa yang dilahirkan Machievelli lahir dari visi
dan pengalamnnya sendiri. Ia mencurahkan perhatianya pada tulisannya-tulisan sejarah
dan memasukan ide-ide dan keinginan-keinginan politiknya.
Penutup
Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, pembabakan
historiografi Barat berawal dari kehidupan manusia pada zaman Yunani kuno,
sekitar abad ke-5 SM. Pada periode ini, proses penulisan sejarah dilakukan oleh
para pegawai negeri, guru, tabib, dan profesi lainnya.
Orientasi penulisan atau karakteristik
historiografi pada periode Yunani bersifat mythe-oriented atau lebih
mengedepankan ephos, mitos, legenda, dan cerita lisan lainnya. Sehingga produk
sejarah pada periode ini hanya pada ruang lingkup local. Periode Romawi
tidaklah jauh berbeda dengan periode sebelumnya. Orientasi penulisan sejarah
hanya pada batas cerita lisan masyarakat belaka. Namun, ketika lahir HERODOTUS
pada tahun 485 SM di Halicarnassus, orientasi itu berubah. Sifat penulisan
sejarah berubah menjadi ilmiah. Ia dijuluki sebagai bapak Sejarah pertama dan
juga sebagai bapak antropologi dunia.
Perkembangan historiografi Barat mengalami proses
fluktuasi. Pasang surut peristiwa di Eropa memberikan efek domino bagi
penulisan sejarahnya. Banyak terlahir karya sejarah dunia dari historiografi
barat ini. Kita kenal Historiae dari Herodotus yang menceritakan Perang Parsi.
Historie dari POLYBIUS yang banyak menyorot soal negara. Dan lain sebagainya.
Kajian historiografi barat sungguh panjang
sepanjang perjalanan sejarah bangsa Barat sendiri. Dimulai dari zaman Yunani
hingga Romawi, cukup beragam peristiwa yang bisa dijadikan bahan kajian dalam
historiografi barat.
Kesimpulan ini belumlah cukup untuk
mendeskripsikan mengenai historiografi barat sebagai sebuah kajian ilmu
sejarah. Oleh karena itu, bila ada pengetahuan lain, silahkan untuk ditambahkan
dalam bentuk komentar yang logis dan ilmiah.*** Wallahu’alam
Daftar Pustaka
Drs. Agust. Supriyono, MA., “DIKTAT,
Historiografi Eropa Barat Abad Tengah & Modern”, Jurusan
Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro, Semarang, 2003.
DR. W. Poespoprodjo, L.Ph., S.S., “SUBJEKTIVITAS
DALAM HISTORIOGRAFI”, Remaja Karya, Bandung, 1987.
Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A., “HISTORIOGRAFI
ISLAM KONTEMPORER”, Gramedia, Jakarta, 2002
menarik banget buat dibaca kak
BalasHapusuc news