SEJARAH ASIA TIMUR
Serupa tapi tak sama.
Secara umum terdapat 3 bangsa yang cukup besar di Asia
Timur, yaitu China, Korea, dan Jepang. Tiga bangsa tersebut relatif memiliki tampilan luar yang
sama, sehingga orang biasanya susah membedakan mana yang orang China, Korea,
maupun Jepang jika melihat secara sekilas. Nah, untuk soal tampilan luar boleh
saja sama, tapi isi dalamnya alias karakter 3 bangsa itu sama sekali berbeda.
Ini dipengaruhi oleh kombinasi kondisi geografis dan faktor sejarah yang
menghasilkan karakter yang berbeda-beda di antara 3 bangsa itu.
orang2 Mongol
termasuk sebagai minoritas
di China. Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap Republik Mongolia, secara kultur mereka awalnya memang berbeda
dengan China yaitu sebagai bangsa pengembara. Tetapi setelah menaklukan China
mereka menjadi bangsa “beradab” dan malah menyerap budaya China besar2an dalam
kehidupan mereka selanjutnya, menjadi bangsa petani dan menetap. Hal yang sama
terjadi di daerah taklukan Mongol lainnya di Asia Barat.
China
China merupakan negara benua, sebagian besar
wilayahnya merupakan daratan yang berada di pusat benua. Sebagai salah satu
pusat peradaban tertua di dunia, China menganggap kebudayaan mereka adalah
peradaban terbaik, sementara menganggap bangsa2 di sekitarnya sebagai bangsa
barbar. Di awal pendiriannya, China merupakan kumpulan dari negara2 yang saling
berperang satu sama lain. Mereka menyadari bahwa kedamaian dapat dicapai dengan
adanya persatuan dari penguasa tunggal yang kuat. Negara2 yang berperang tersebut
akhirnya disatukan oleh kaisar Qin Shi
Huangdi yang membentuk Dinasti Qin pada tahun 221 SM. Persatuan ini merupakan nilai penting bagi bangsa China sejak saat itu
sampai sekarang. Penerus Dinasti Qin, yaitu Dinasti Han (202 SM – 220 M)
merupakan dinasti terlama yang memerintah China, sehingga orang2 China sejak
saat itu menganggap diri mereka sendiri adalah orang Han. Sejak masa Dinasti Tang (618 M – 845 M), ketika wilayah
China semakin meluas, penduduknya sudah merupakan kumpulan dari berbagai suku “barbar”
sebagai minoritas dan suku Han sebagai mayoritas. Dinasti Tang menjalankan
kebijakan kosmopolitan, dengan membiarkan suku2 minoritas memiliki identitas
kesukuan mereka tetapi tetap berada dalam wadah besar kebudayaan Han.
Kemunculan suku barbar yang kemudian menguasai beberapa wilayah China
(Jurchen/Manchu dan Liao di timur laut, Tangut di barat) pada masa Dinasti Sung
(960 M – 1260 M) semakin mendambah suku2 minoritas yang menjadi bagian China.
Ketika silih berganti Dinasti Yuan, Ming, dan Qing berkuasa di China, wilayah
China sudah bertambah semakin luas seiring dengan penaklukan2 wilayah sekitar.
Puncaknya ketika masa Dinasti Qing, wilayah China adalah seperti wilayah RRC
saat ini dan ditambah wilayah Republik Mongolia.
Tentu saja, wilayah yang luas
akan sangat rawan perpecahan. Karena itu, seperti sudah disinggung tadi, China
menerapkan kebijakan kosmopolitan
dan toleransi terhadap penduduk
non-Han. Mereka tidak ambil pusing dari suku maupun agama apapun mereka
berasal, yang terpenting mereka berada dalam sebuah kebudayaan besar Han yang
bersatu. Tapi jika suku2 minoritas ini coba2 memisahkan diri dari China, maka
China tidak segan2 menghajar habis2an gerakan separatis itu. Contoh mudahnya
antara lain gerakan separatis di Xinjiang-Uighur, gerakan “kembali ke Mongol”
di Mongolia Dalam, maupun pelepasan diri Tibet. Gerakan2 separatis tersebut
ditekan habis2an dan akhirnya berkompromi untuk membentuk daerah otonomi
khusus.
Politik kosmopolitan ini juga
diterapkan dalam hubungannya dengan luar negeri, dalam bentuk negara vassal. Negara vassal
bisa dikatakan sebagai negara pengikut yang membayar sejumlah upeti terhadap negara “pelindung”nya
setiap tahunnya. Jika negara vassal dalam bahaya diserang negara lain,
maka negara “pelindung” akan membantu negara vassal tersebut. Jika
negara vassal menolak membayar upeti, maka oleh China hanya akan
diabaikan dan mungkin suatu saat diinvasi. Upeti yang dibayarkan biasanya hanya
berupa barang hasil bumi tak berharga, tetapi oleh China negara vassal
itu akan dihadiahi berbagai benda berharga (porselen, sutera, alat ukur). Jadi
pada dasarnya hubungan negara vassal-pelindung ini mutualisme, karena
itu banyak negara2 di sekitarnya, terutama di jaman Dinasti Yuan (1271-1368)
dan Dinasti Ming (1368-1644), yang menjadi negara vassal bagi China.
Contoh negara2 vassal tersebut antara lain : Korea, Jepang, Champa
(Vietnam), Malaka, Majapahit (ya, Majapahit sempat jadi vassal-nya
Dinasti Ming), Ceylon (Sri Lanka).
Jadi, memang
sudah sejak dulu bangsa China lebih suka berkompromi menggunakan materi
ketimbang berkonfrontasi langsung dengan lawan-lawannya
Korea
Korea merupakan negara semenanjung. Wilayahnya berupa
daratan “perpanjangan” dari benua Asia di bagian timur, dan dikelilingi laut di
ketiga sisinya, dan kepulauan Jepang di seberang lautan. Posisi ini merupakan
posisi strategis untuk mendapatkan kekuasaan. Negara benua (China) dapat menggunakan
semenanjung sebagai batu loncatan ke pulau seberang, begitu pula negara pulau
(Jepang) dapat menggunakannya untuk menuju benua. Dan sejarah telah membuktikan
bahwa semenanjung Korea telah menjadi incaran bangsa2 di sekitarnya untuk
dikuasai. Karena faktor inilah, bangsa Korea harus selalu siap sedia jika ada
invasi dari bangsa lain. Mereka harus berjuang habis2an untuk mempertahankan
diri dan keluarganya. Hasilnya, tidak seperti bangsa China yang suka kompromi,
bangsa Korea sangat keras kepala
dan teguh pendirian bahkan
cenderung kolot. Ini
dikarenakan, jika mereka menerima kompromi, artinya mereka kalah sehingga nilai2
keaslian Korea akan hilang karena bercampur dengan nilai2 luar yang
masuk. Bangsa Korea sangat menjunjung tinggi keaslian keturunan sebagai
identitas ras. Demi keaslian identitas
ras, mereka sangat menghindari perkawinan campuran dengan bangsa lain,
karena dengan bercampur dengan bangsa lain, artinya identitas Korea-nya
hilang dan berarti mereka kalah. Karena itulah mereka menjadi bangsa yang
keras kepala dan “akan melakukan apa saja” untuk melindungi keaslian diri dan
keluarga mereka dan cenderung menolak berkompromi dalam bentuk apapun.
Ancaman terhadap Korea datang dari China, Manchu
(Jin/Jurchen), Mongol, Jepang, dan bajak laut Jepang. Sampai dengan masa2 awal
Dinasti Koryo (918-1392) bangsa Korea masih mampu bertahan menghadapi invasi
dari tetangga-tetangganya, terutama China. Tetapi ketika Mongol menyatukan China dalam Dinasti
Yuan, Korea tidak bisa berbuat banyak selain mengakui China/Mongol Yuan sebagai
negara “pelindung”nya. Meskipun demikian, Korea tetap mempertahankan kekeras
kepalaannya dalam menjaga keaslian bangsa Korea dengan melarang percampuran
antara bangsa asing dengan penduduk Korea. Ancaman lainnya
datang dari Jepang di tahun 1592 dan 1597. Toyotomi Hideyoshi yang baru saja menyatukan Jepang melanjutkan
ambisinya untuk menguasai China dengan menggunakan Korea sebagai batu loncatan.
Jepang memang berhasil mendarat di semenanjung Korea (dan bahkan mencapai
Seoul), tetapi armada Jepang dihancurkan armada Korea sehingga pasukan yang
berada di darat terputus suplai logistiknya dan pada akhirnya dapat dikalahkan.
Selain keras kepala dalam
mempertahankan identitas Korea-nya, bangsa Korea juga berkarakter kolektif dengan sesamanya. Ini juga tak lepas dari pengaruh invasi
berulangkali yang mengharuskan mereka bekerja sama untuk mempertahankan
identitas bangsa. Sesama orang Korea dapat dengan mudah cepat akrab
dan saling berbagi teritori pribadi. Mungkin inilah yang membuat Korea memimpin
pasar game online, dibandingkan dengan Jepang yang merajai pasar game
console.
Karakteristik bangsa Korea
sebenarnya merupakan karakter khas bangsa semenanjung yang keras dan
tanpa kompromi. Anda dapat lihat bangsa2 di semenanjung Balkan maupun semenanjung Indochina,
meskipun berkali-kali diinvasi bangsa asing maupun saling menginvasi, mereka
tetap mempertahankan identitasnya masing2 sebagai bangsa tersendiri. Kasus Korea, mereka telah dipersatukan terlebih dahulu di tahun 57 SM oleh
Dinasti Shilla.
Jepang
Jepang merupakan negara kepulauan, dengan 4 pulau utama
dan wilayah dikelilingi laut. Laut tersebut merupakan benteng alami, yang
secara tidak langsung menyelamatkan Jepang dari invasi bangsa asing. Sepanjang
sejarah, Jepang hanya takluk oleh bangsa asing pada akhir Perang Dunia
II (yang oleh Commodor Perry di tahun 1854 cuma dipaksa membuka diri,
belom takluk). Invasi Mongol 2
kali tahun 1274 dan 1281 gagal total, salah satunya karena badai kamikaze yang “kebetulan”
terjadi dan memporak-porandakan armada Mongol-Yuan.
Karena tidak pernah terusik
invasi bangsa asing inilah, maka ancaman terbesar justru datang dari
dalam. Orang2 Jepang tidak bisa lari kemana-mana jika terjadi pertempuran di
antara mereka dan mau tidak mau harus bertarung sampai penghabisan. Karena itu,
orang Jepang menerapkan karakter “damai”
dalam kehidupan mereka. Sekitar abad ke-7, Pangeran Shotoku menciptakan Undang2 pertama buat Jepang yang
terdiri dari 17 bab, dengan bab pertama berisi tentang keutamaan perdamaian dan keharmonisan. Tentu saja, untuk
menjembatani semua pihak jika terjadi perselisihan, harus ada pihak/figur yang
“berkekuatan dewa” yang “selalu benar“. Tetapi, tentu saja setiap
ada orang dengan kekuatan muncul, pasti kekuatan lama akan ditantang untuk
dilengserkan. Jika ini terus berlanjut, maka “perdamaian” yang
diharapkan justru tidak akan terjadi. Oleh karena itu, kaisar Jepang yang
merupakan “figur penengah” dianggap sebagai keturunan dewa untuk
menjaga agar tetap ada “pemimpin dari langit” untuk dipuja rakyat.
Sebenarnya kaisar tidak mempunyai kekuasaan apa2 terhadap negerinya.
Adalah perdana menteri, kemudian menjadi shogun atau panglima militer tertinggi, yang memegang kekuasaan
atas rakyatnya melalui pemerintahan bakufu
(pemerintahan militeris). Lucunya, jabatan shogun ini juga diwariskan secara
turun temurun. Sepanjang sejarah Jepang terdapat 3 generasi shogun yang
berkuasa cukup lama, yaitu Kamakura/Minamoto (1185-1333), Ashikaga (1333-1573),
dan Tokugawa (1600-1860).
Nah, untuk melaksanakan karakter
“damai”, orang Jepang cenderung menghindari
kontak dengan orang lain karena khawatir menyinggung perasaan. Ketika
berkomunikasi dengan orang lain pun, mereka umumnya menggunakan bahasa yang
sopan dan cenderung banyak basa basi. Ada istilah honne dan tattemae
dalam komunikasi mereka, dimana honne adalah “maksud sebenarnya yang
terkandung dalam hati” dan tattemae adalah “omongan yang diucapkan”.
Jadi apa yang keluar di mulut belum tentu merupakan maksud sebenarnya. Saking
terbiasanya orang Jepang berkomunikasi dengan mempertimbangkan “perdamaian“,
mereka bisa saling mengerti apa yang dimaksud lawan bicaranya tanpa harus
banyak bicara. Karakteristik ini mirip dengan penduduk pulau di manapun di bumi ini.
Contohnya orang Inggris maupun
orang Jawa. Mereka cenderung
menghindari konflik antar sesamanya dan banyak berbasa-basi dalam
berkomunikasi.
Selain karakter damai, bangsa
Jepang juga berkarakter “harmonis”
dengan pengaruh2 asing yang masuk ke kebudayaannya. Tidak seperti China yang
langsung “melahap” semua pengaruh asing dalam kebudayaan Han bersatu ataupun
Korea yang selalu keras kepala mempertahankan keaslian ke-Korea-annya, Jepang
sangat fleksibel dalam menyikapi
pengaruh luar. Mereka menyerap pengaruh luar, kemudian memprosesnya
sedemikian rupa sehingga pengaruh luar itu cocok dengan mereka, dan menghasilkan
hal baru yang berciri Jepang. Awalnya pengaruh luar yang datang dari China via
Korea adalah Konfusianisme, yang
digunakan sebagai filosofi pemerintahan oleh Jepang. Kemudian ketika Buddhisme datang, sudah ada
kepercayaan lokal yaitu Shinto.
Untuk menghindari konflik agama, maka pemerintah saat itu membebaskan rakyatnya
untuk memeluk agama apapun. Tiga aliran kepercayaan itu pun harus rela hidup
berdampingan. Dan sebagai hasilnya, Konfusianisme
menjadi filosofi pemerintahan, Shintoisme
menjadi simbol negara, dan Buddha
menjadi agama utama. Hal tersebut berlangsung sampai Restorasi Meiji di tahun
1868.
Contoh lain keharmonisan
Jepang dalam menyikapi pengaruh luar, bisa kita lihat dalam kehidupan modern.
Budaya natal, valentine, maupun menikah di gereja merupakan budaya barat yang
jelas2 bernuansa Kristen. Tetapi meskipun penganut Kristen di Jepang tidak ada 1 % nya, budaya itu tetap
saja populer di kalangan masyarakat Jepang. Tentu saja dengan sedikit perubahan
khas Jepang, seperti hanya cewek yang memberi coklat kepada cowok yang
disukainya pada valentine maupun malam natal yang biasa dijadikan “malam pribadi” bersama pasangan.
Jadi, meskipun
luarnya tampak sama tapi setelah dilihat dalemnya ternyata berbeda. Hal yang sama dapat terlihat di Eropa, dengan memposisikan Prancis sebagai China, Inggris sebagai Jepang, dan negara2 Balkan sebagai Korea.
Dan ada trivia unik, mayoritas penduduk di
Korea saat ini justru penganut Kristen (41%), melebihi penganut Buddha. Di seluruh Korea (selatan) terdapat 10 ribu gereja, hal yang cukup
jarang terlihat di negara Asia. Sepertinya mereka beramai-ramai memeluk Kristen
ketika misionaris datang pasca perang
Korea (1950), dengan pengharapan menemukan tempat pelarian spiritual
setelah tercerai berai karena perang. Kehidupan beragama masyarakat Korea saat
ini masih terjaga dengan baik, meskipun dalam praktiknya mereka banyak mencampurkan
antara ajaran Kristen, Buddha, dan kepercayaan lokal. Tidak seperti di Jepang
yang mulai “mendewakan” rasionalisme maupun di China yang komunis. Benar2 bangsa2 yang menarik
bagusss
BalasHapuskreeen
BalasHapuskreeen
BalasHapusBagus nambah ilmu.. ty gan
BalasHapusBagus nambah ilmu.. ty gan
BalasHapusAda bahasan mongol yg terlewat, genghis khan misalnya. Masa itu mungkin yg mengawali bangsa cina sebagai vangaa komfromis.
BalasHapusVasalnya china di nusantara tu srivijaya karena sama2 beragama buddha. China menyebut srivijaya dengan san fot si. Candi2 buddha di buat srivijaya untuk mengambil hati kaisar china saat itu. Teritorial srivijaya itu sampai jawa tengah ( bukti rumah panggung sumatera pada relief borobudur ).
BalasHapusLagian Majapahit kan agamanya hindu.
http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/perlawanan-bumi-datar.html
BalasHapushttp://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/erupsi-4-maskapai-internasional.html
http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/cetak-dua-gol-spaso-ucapkan-terima.html
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523
semoga bermanfaat untuk kita semua
BalasHapusjika ada yang lebih mengetahui silahkan kita saling berbagi ilmu ya :)
BalasHapusmakasih kak infonya jadi tahu sejarah nya
BalasHapusberita terbaru motogp
Setahu saya Darah Cina dalam Diri Orang Jepang dan Korea
BalasHapusTampaknya baik orang Korea maupun Jepang harus menerima jika dalam tubuh mereka mengalir darah orang Asia Timur lainnya yang lebih tua, yaitu etnis Cina Han.
Penelitian Yuchen Wang dkk berjudul “Genetic structure, divergence and admixture of Han Chinese, Japanese and Korean populations” (2018) menunjukkan bahwa orang Cina Han, Korea dan Jepang pernah berbagi leluhur yang sama di daratan Cina sekitar 3.000 sampai 3.600 tahun yang lalu pada masa dinasti Shang. Han sendiri adalah kelompok etnis mayoritas di Cina yang esksis seiring dengan berdirinya dinasti Han pada 206 SM sampai 220 M.
Data genom mengindikasikan etnis Cina Han, Jepang, dan Korea secara genetik sangat mirip dan berasal dari lungkang genom yang sama. Perbedaan genetik dari ketiganya kurang dari satu persen dari total keragaman genetik, serta jauh lebih kecil dari salah satu kelompok dan populasi Eropa yang turut diteliti. Perbedaan paling sedikit ditemukan antara etnis Cina Han dan Korea.
Sejak populasi ketiganya saling terpisah, etnis Cina Han, Jepang, dan Korea saat ini telah membentuk lungkang gen mereka sendiri dan menghasilkan susunan genetik yang berbeda.
Perbedaan genetik di antara tiga kelompok Asia Timur itu awalnya lahir dari perbedaan populasi yang mengalami migrasi masa pra-sejarah dan setelahnya. Lokasi geografis yang berbeda antara daratan Cina, semenanjung Korea, dan kepulauan Jepang telah memfasilitasi proses isolasi dan diferensiasi.
Penelitian tersebut memakai studi genom dengan mengevaluasi struktur gen 182 orang Cina Han, 90 Jepang, dan 100 Korea, bersama data 630 individu yang mewakili delapan populasi di seluruh dunia. Sebanyak 100 orang Korea di Korea Selatan dikumpulkan sampel darah tepinya. Tiap individu yang diambil sampel dipastikan dari keluarga yang berbeda namun dari etnis yang sama dalam tiga generasi terakhir. Sedangkan sampel 90 individu Jepang, 182 Cina Han, dan perwakilan delapan populasi dunia diambil dari proyek HapMap. Perbedaan genetik yang cukup menonjol di ketiga etnis Asia Timur itu kini teridentifikasi di gen CD46 yang terletak pada kromosom 1q32. Diperkirakan bahwa gen ini terkait tingkat adaptasi terhadap patogen di wilayah geografis masing-masing. Selain itu, protein yang dikodekan oleh gen ini mungkin terlibat dalam fusi spermatozoa dengan oosit selama pembuahan sehingga mungkin terkait dengan sifat-sifat reproduksi. Wang dkk memberi catatan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyempurnakan temuan perbedaan genetik di tiga kelompok etnis Asia Timur tersebut.
Selain migrasi dan isolasi wilayah geografis, perbedaan genetik di antara ketiga kelompok etnis Asia Timur juga dipengaruhi oleh aliran gen yang tidak hanya berasal dari Cina Han. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa dibandingkan dengan Cina Han, penduduk asli Ryukyuan berkontribusi lebih besar ke etnis Jepang yang ada sekarang. Begitu juga yang terjadi di Korea di mana aliran gen Cina Han terpusat di beberapa daerah.
Ringkasnya, struktur genetik orang Cina Han, Jepang, dan Korea masa kini sama-sama dibentuk oleh perbedaan populasi, isolasi geografis, aliran gen dan kemungkinan seleksi alam.
Jika ditilik dari letak geografis, wilayah Cina, Jepang, dan Korea cukup dekat. Semenanjung Korea bahkan ada di daratan yang sama dengan Cina di bagian Korea Utara. Sedangkan Jepang adalah negara kepulauan yang terletak di timur Cina dan Semenanjung Korea.
Hubungan Cina daratan dengan wilayah kepulauan Jepang dan semenanjung Korea diyakini sudah terjalin sejak periode Neolitikum (6.000-1.000 SM). Dikutip dari Ancient History Encylopedia, kerajaan-kerajaan di tiga wilayah tersebut telah menjalin perdagangan dan bertukar praktik-praktik budaya. Korea sendiri dipercaya sebagai jembatan budaya antara Cina dan Jepang.
Nenek moyang etnis Cina Han, Jepang, dan Korea berasal dari leluhur yang sama pada 3000 sampai 3600 tahun yang lalu ketika Cina diperintah dinasti Shang.
BalasHapustirto.id - Pernahkah berpikir bahwa orang Cina, Jepang dan Korea itu memiliki banyak persamaan dan berbagi budaya? Pakaian tradisional wanita. Jika di Jepang dikenal dengan Kimono, maka pakaian yang serupa di Korea disebut Hanbok dan di Cina bernama Hanfu. Meski ada berbedaan detail, tetapi model kerah, lengan, dan ketiadaan kancing pada ketiganya tetaplah sama.
Restoran Cina, Jepang, dan Korea juga dipersatukan oleh sumpit. Sama seperti Kimono, sumpit yang dipakai ketiga bangsa ini memiliki beberapa perbedaan spesifik. Misalnya, sumpit Cina lebih panjang dan ujungnya tumpul, sementara sumpit Jepang sebaliknya. Sumpit Korea mirip dengan Jepang, tapi memakai bahan stainless steel.
Secara fisik orang-orang Cina, Jepang, dan Korea ini memiliki banyak kesamaan karakteristik. Misalnya sama-sama berkulit kuning, hidung pesek, mata dan rambut hitam, yang membuat mereka nyaris sulit dibedakan.
Bagi orang-orang Asia termasuk Indonesia, mungkin mudah untuk membedakan ketiga bangsa Asia Timur tersebut. Terlebih kebudayaan dan bahasa Cina, Jepang dan Korea sudah masuk ke Indonesia lewat berbagai medium.
Lantas bagaimana orang-orang dari tiga bangsa negara itu memandang satu sama lain? Sebagian kalangan orang Korea dan Jepang percaya leluhur masyarakat Jepang berasal dari Korea. Euny Hong, penulis buku The Birth of Korean Cool: How One Nation Is Conquering the World Through Pop Culture (2014) menceritakan pengalamannya masa remajanya di Quartz. Saat duduk di bangku SMP pada akhir 1980-an, Hong diajarkan bahwa orang Korea adalah leluhur genetik dan kultural orang-orang Jepang. Selain itu, muncul cerita bahwa keluarga kerajaan Jepang adalah keturunan Raja Muryeong, yang memerintah Korea pada abad ke-5.
Sebagian orang Jepang pun turut mengamini teori asal-usul leluhur Korea ini. Bahkan masalah keturunan Korea ini pernah dibicarakan oleh seorang kaisar Jepang. Pada 2001, menjelang gelaran Piala Dunia 2002 di mana Korea dan Jepang menjadi tuan rumah bersama, Kaisar Jepang Akihito dengan santai menyatakan punya darah Korea.
“Saya sendiri merasakan hubungan kekerabatan tertentu dengan Korea. Faktanya, Nihon Shoki (buku sejarah Jepang) mencatat ibu dari Kaisar Kammu adalah garis Raja Muryeong,” ucap Akihito sebagaimana dilansir The Guardian.